Ada yang Hilang di Wimbledon

Penulis:LIVESCORE138 Waktu Terbit:2025-07-03 Kategori: news

## Ada yang Hilang di Wimbledon: Era Baru Tanpa Sentuhan Manusia?

Wimbledon, turnamen tenis terakbar di dunia, selalu identik dengan tradisi dan presisi.

Aroma rumput segar, stroberi dan krim, serta hakim garis yang teliti mengawasi setiap bola, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitasnya.

Namun, tahun ini, ada sesuatu yang terasa hilang.

Pergantian hakim garis dengan teknologi *Electronic Line Calling* (ELC) yang diupayakan oleh All England Club, terasa belum sepenuhnya mulus, meninggalkan kesan getir bagi sebagian penonton dan mungkin juga bagi para pemain.

Memang, ELC menjanjikan akurasi yang tak tertandingi.

Tidak ada lagi perdebatan sengit mengenai *out* atau *in*, tidak ada lagi kesalahan manusia yang bisa mengubah jalannya pertandingan.

Data statistik menunjukkan bahwa ELC memberikan hasil yang konsisten dan objektif.

Namun, hilangnya sentuhan manusiawi terasa signifikan.

Ada yang Hilang di Wimbledon

Dulu, interaksi antara pemain dan hakim garis, meskipun kadang memicu kontroversi, menghadirkan drama dan emosi yang unik.

Sekarang, segalanya terasa lebih steril, lebih mekanis.

Sebagai seorang jurnalis yang telah meliput Wimbledon selama bertahun-tahun, saya mengakui manfaat teknologi dalam olahraga.

Namun, saya juga merasakan adanya kekosongan.

Sorak sorai penonton yang dulu menyambut keputusan hakim garis yang berani, kini digantikan oleh keheningan yang nyaris sempurna.

Hilangnya gestur tangan khas hakim garis, tatapan mata yang fokus, dan bahkan suara lantang mereka, meninggalkan kesan bahwa Wimbledon kehilangan sebagian dari jiwanya.

Beberapa pemain secara pribadi mengakui bahwa mereka merindukan dinamika interaksi dengan hakim garis.

Meskipun secara teknis keputusan ELC selalu benar, mereka merasa kehilangan kesempatan untuk berargumentasi, untuk meyakinkan, atau bahkan untuk sekadar berinteraksi dengan manusia di lapangan.

Tentu saja, All England Club memiliki alasan yang kuat untuk melakukan perubahan ini.

Mereka ingin memastikan keadilan dan akurasi, serta mengurangi potensi kesalahan manusia.

Namun, perlu diingat bahwa Wimbledon bukan hanya tentang tenis; ini tentang tradisi, emosi, dan pengalaman.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah Wimbledon akan mampu mempertahankan identitasnya yang unik di era teknologi ini?

Apakah hilangnya sentuhan manusia akan berdampak jangka panjang pada daya tarik turnamen ini?

Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Namun, satu hal yang pasti: ada sesuatu yang hilang di Wimbledon tahun ini, dan itu adalah kehadiran manusia di garis batas lapangan.

Semoga saja, All England Club dapat menemukan cara untuk menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dan pelestarian tradisi, agar Wimbledon tetap menjadi turnamen yang dicintai oleh semua.